Powered By Blogger

Selasa, 27 Desember 2011

“PENANGANAN PASCA PANEN PADA BUAH ALPUKAT (Persea americana Mill) ”


PENDAHULUAN
Pasca panen merupakan kegiatan penting setelah pemanenan yang bertujuan untuk mempertahankan sifat produk pertanian seperti semula. Oleh karena itu, dengan penanganan pasca panen maka hasil komoditas pertanian dapat disimpan lebih lama dan dapat menjaga penampilan tetap segar sehingga dapat menambah nilai tambah.
Salah satu komoditas hasil pertanian yang perlu penanganan pasca panen adalah alpukat (Persea americana Mill). Alpukat merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura yang berasal dari Amerika Tengah. Bagian tanaman alpukat yang banyak dimanfaatkan adalah buahnya sebagai makanan buah segar. Selain itu pemanfaatan daging buah alpukat yang biasa dilakukan masyarakat Eropa adalah digunakan sebagai bahan pangan yang diolah dalam berbagai masakan. Manfaat lain dari daging buah alpukat adalah untuk bahan dasar kosmetik. Alpukat juga termasuk komoditi buah-buahan yang mempunyai permintaan pasar dalam bentuk segar yang cukup kuat. Salah satunya yaitu Masyarakat Eropa (ME) yang merupakan pengimpor buah alpukat terbesar di dunia, seperti Perancis, Belanda, Inggris, Jerman dan Amerika (Anonim, 2009).
Salah satu kendala dalam usaha pemenuhan kebutuhan buah alpukat ini adalah karena rusaknya buah alpukat sebelum sampai ketempat tujuan atau sebelum dikonsumsi. Hal ini disebabkan karena alpukat termasuk buah yang mudah rusak. Kerusakan-kerusakan ini dapat disebabkan oleh kerusakan mekanis ataupun fisiologis. Oleh karena itu, perlunya penangnan pasca panen yang tepat agar buah alpukat masih dalam kondisi yang baik hingga ke tangan konsumen.


ISI
       Penanganan pasca panen bertujuan agar hasil tanaman tersebut dalam kondisi baik dan sesuai/tepat untuk dapat segera dikonsumsi atau untuk bahan baku pengolahan. Penanganan pasca panen buah alpukat (Persea americana Mill) yang umumnya dikonsumsi segar dan mudah “rusak” (perishable), bertujuan mempertahankan kondisi segarnya dan mencegah perubahan-perubahan yang tidak dikehendaki selama penyimpanan, seperti  buah keriput, terlalu matang, dll. Penanganan pasca panen yang baik akan menekan kehilangan (losses), baik dalam kualitas maupun kuantitas, yaitu mulai dari penurunan kualitas sampai komoditas tersebut tidak layak pasar (not marketable) atau tidak layak dikonsumsi. Perubahan-perubahan yang terjadi pada pasca panen hasil tanaman tidak dapat dihentikan, tetapi hanya dapat diperlambat. Keberhasilan penanganan pasca panen sangat ditentukan dari tindakan awalnya, yaitu panen dan penanganan pasca panen yang baik harus dimulai sedini mungkin, yaitu segera setelah panen.
A.    Panen
Panen merupakan pekerjaan akhir dari budidaya tanaman (bercocok tanam), tapi merupakan awal dari pekerjaan pasca panen, yaitu melakukan persiapan untuk penyimpanan dan pemasaran. Komoditas yang dipanen tersebut selanjutnya akan melalui jalur-jalur tataniaga, sampai berada di tangan konsumen. Pada dasarnya yang dituju pada perlakuan panen adalah mengumpulkan komoditas dari lahan penanaman, pada taraf kematangan yang tepat, dengan kerusakan yang minimal, dilakukan secepat mungkin dan dengan biaya yang “rendah”. Untuk mendapatkan hasil panen buah alpukat yang baik, 2 hal utama yang perlu diperhatikan pada pemanenan, yaitu :
1.      Menentukan waktu panen yang tepat. Yaitu menentukan “kematangan”  yang tepat dan saat panen yang sesuai. dapat dilakukan berbagai cara, yaitu:
·         Cara visual / penampakan : misal dengan melihat warna kulit, bentuk buah, ukuran, perubahan bagian tanaman seperti daun mengering dan lain-lain. Buah alpukat masak secara visual bila warna kulit buah tua tapi belum menjadi coklat, dan tidak mengkilap.
·         Cara fisik : misal dengan perabaan, buah lunak, umbi keras, buah mudah dipetik  dan lain-lain. Buah alpukat masak bila buah diketuk dengan punggung kuku, menimbulkan bunyi yang nyaring, dan bila buah digoyang-goyang, akan terdengar goncangan biji.
·         Cara komputasi, yaitu menghitung umur tanaman sejak tanam atau umur buah dari mulai bunga mekar. Buah alpukat biasanya tua setelah 6-7 bulan dari saat bunga mekar.
·         Cara kimia, yaitu dengan melakukan pengukuran/analisis kandungan zat atau senyawa yang ada dalam komoditas. Untuk buah alpukat yang akan di ekspor biasanya kadar lemak minimal aplukat sebesar 8%, Sedangkan buah alpukat lokal kadar lemak tidak terlalu diperhatikan.
2.      Melakukan penanganan panen yang baik.
Yaitu menekan kerusakan yang dapat terjadi. Dalam suatu usaha pertanian (bisnis) cara-cara panen yang dipilih perlu diperhitungankan, disesuaikan dengan kecepatan atau waktu yang diperlukan (sesingkat mungkin) dan dengan biaya yang rendah.
Umumnya memanen buah alpukat dilakukan secara manual, yaitu dipetik menggunakan tangan. Apabila kondisi fisik pohon tidak memungkinkan untuk dipanjat, maka panen dapat dibantu dengan menggunakan alat/galah yang diberi tangguk kain/goni pada ujungnya/tangga. Saat dipanen, buah harus dipetik/dipotong bersama sedikit tangkai buahnya (3-5 cm) untuk mencegah memar, luka/infeksi pada bagian dekat tangkai buah.
B.     Penanganan Pasca Panen
1.      Pencucian (washing)
Pencucian dimaksudkan untuk menghilangkan segala macam kotoran yang menempel sehingga mempermudah penyortiran. Cara pencucian tergantung pada kotoran yang menempel. Selain itu, Pencucian dilakukan pada buah alpukat agar memberikan kesegaran dan membersihkan kulit buah dari berbagai residu pestisida maupun hama dan penyakit yang terbawa. Pencucian disarankan menggunakan air yang bersih.
2.      Sortasi
Sortasi buah alpukat dilakukan dengan cara memisahkan buah yang layak pasar (marketable) dengan yang tidak layak pasar, terutama yang cacat dan terkena hama atau
3.      Grading dan Standartisasi
Grading adalah pemilahan berdasarkan kelas kualitas. Biasanya dibagi dalam kelas 1, kelas 2, kelas 3 dan seterusnya. Tujuan dari tindakan grading ini adalah untuk memberikan nilai lebih (harga yang lebih tinggi) untuk kualitas yang lebih baik. Untuk buah alpukat, berdasarkan beratnya dapat digolongkan dalam 3 macam ukuran, yaitu:
a)      Alpukat besar: 451 – 550 gram/ buah
b)      Alpukat sedang : 351 – 450 gram/ buah
c)      Alpukat kecil : 250 – 350 gram/ buah
(BPPT, 2005).   
Standarisasi merupakan ketentuan mengenai kualitas atau kondisi komoditas berikut kemasannya yang dibuat untuk kelancaran tataniaga/pemasaran. Standarisasi pada dasarnya dibuat atas persetujuan antara konsumen dan produsen, dapat mencakup kelompok tertentu atau wilayah/ negara/ daerah pemasaran tertentu. Standar mutu buah alpukat diterangkan pada table 1. berikut:

Tabel 1. Standar Mutu I dan Mutu I Buah Alpukat
Kriteria mutu
Mutu I
Mutu II
Kesamaan sifat varietas
Seragam

Seragam
Tingkat ketuaan

Tua, tidak terlalu matang

Tua, tidak terlalu matang

Bentuk

Normal

Kurang Normal
Tingkat kekerasan
Keras
Keras
Ukuran
Seragam
Kurang seragam
Tingkat kerusakan
maksimum (%)

5,0

10,0
Kadar kotoran
1,0

2,0
Tingkat pembusukan
maksimum (%)
Bebas
Bebas
Sumber: BPPT, 2005
Keterangan:
a)      Kesamaan sifat varietas
Dinyatakan seragam apabila dalam satu lot buahnya sama dalam hal bentuk, tekstur, warna daging buah, dan warna kulit buah.
b)      Tingkat ketuaan
Dinyatakan tua apabila telah mencapai tingkat pertumbuhan yang menjamin dapat tercapainya proses kematangan yang sempurna. Dinyatakan terlalu matang apabila daging buah lunak atau telah berubah warna dan dianggap telah lewat waktu pemasarannya.
c)      Bentuk
Dinyatakan normal apabila bentuknya normal menurut varietasnya. Dinyatakan kurang normal apabila bentuknya agak menyimpang dari bentuk normal menurut varietasnya, tetapi tidak mempengaruhi kenampakannya.
d)     Kekerasan
Dinyatakan keras apabila buah terasa cukup keras saat ditekan sedikit dengan jari tangan (tidak lunak), meskipun kulit sedikit lemas tetapi tidak keriput.

e)      Ukuran
Dinyatakan seragam apabila dalam sati lot berukuran seragan menurut golongan ukurannya berdasarkan berat perbuah yang telah ditentukan, dengan toleransi maksimum 5 %. Dinyatakan kurang seragam apabila dalam satu lot berukuran tidak seragam menurut golongan ukurannya berdasarkan berat buah yang telah ditentukan, dengan toleransi maksimum 10 %.
f)       Kotoran
Dinyatakan bebas bersih apabila bebas dari kotoran atau benda asing lainnya seperti tanah, bahan tanaman, dan lain- lain yang menempel pada buah atau pada kemasan yang dapat mempengaruhi kenampakannya. Bahan penyekat (pembungkus) tidak dianggap sebagai kotoran.
g)      Kerusakan
Dinyatakan rusak apabila mengalami kerusakan biologis, fisiologis, mekanis, dan sebab-sebab lain yang mengenai 10 % atau lebih dari permukaan buah.
h)      Pembusukan
Dinyatakan busuk apabila mengalami kerusakan atau cacat seperti tersebut diatas sedemikian rupa sehingga daging buahnya tidak dapat dipergunakan.
(BPPT, 2005).          
4.      Pemeraman dan Penyimpanan
Alpukat baru dapat dikonsumsi bila sudah masak. Untuk mencapai tingkat kemasan ini diperlukan waktu sekitar 7 hari setelah petik (bila buah dipetik pada saat sudah cukup ketuaannya). Bila tenggang waktu tersebut akan dipercepat, maka buah harus diperam terlebih dulu. Untuk keperluan ekspor, tidak perlu dilakukan pemeraman karena tenggang waktu ini disesuaikan dengan lamanya perjalanan untuk sampai di tempat tujuan. Cara pemeraman alpukat masih sangat sederhana. Pada umumnya hanya dengan memasukkan buah ke dalam karung goni, kemudian ujungnya diikat rapat. Setelah itu karung diletakkan di tempat yang kering dan bersih. Karena alpukat mempunyai umur simpan hanya sampai sekitar 7 hari (sejak petik sampai siap dikonsumsi), maka bila ingin memperlambat umur simpan tersebut dapat dilakukan dengan menyimpannya dalam ruangan bersuhu 5 derajat Celcius. Dengan cara tersebut, umur penyimpanan dapat diperlambat samapai 30-40 hari.
5.      Perlakuan Khusus
a)      Pelilinan
Lapisan lilin berfungsi sebagai lapisan pelindung terhadap kehilangan air yang terlalu banyak dari komoditaas akibat penguapan dan mengatur kebutuhan oksigen untuk respirasi, sehingga dapat mengurangi kerusakan buah yang telah dipanen akibat proses respirasi (Roosmani, 1975). Dengan demikian lapisan lilin dapat menekan respirasi dan transpirasi yang terlalu cepat dari buah-buahan dan sayur-sayuran segar. Konsentrasi lilin optimal untuk produk hortikultura dapat dilihat pada table 2. berikut:
Tabel 2. Konsentrasi Emulsi Lilin Optimal Pada Beberapa Komoditas Hortikultura.
Komoditas
Konsentrasi lilin optimal (%)
Alpukat
4
Apel
8
Mangga Alphonso
6
Jeruk
12
Nanas
6
Pepaya
6
Pisang Raja
9
Sumber: Balai Penelitian Hortikultura dalam Chotimah 2008
Pelapisan lilin pada buah-buahan pada umumnya menggunakan lilin lebah yang dibuat dalam bentuk emulsi lilin dengan konsentrasi 4% sampai dengan 12%. Komposisi dasar lilin 12% dapat dilihat pada table 3. Sedangkan kepekatan emulsi lilin yang ideal untuk buah alpukat adalah emulsi lilin 4%. Untuk membuat lapisan lilin 4% dilakukan pencampuran emulsi lilin 12% dengan 2 liter air.
Tabel 3. Komposisi Dasar Emulsi Lilin 12%
Bahan Dasar
Komposisi
Lilin lebah
120 mililiter
Trietanolamin
40 mililiter
Asam oleat
20 mililiter
Air panas
820 mililiter
Sumber: Balai Penelitian Hortikultura dalam Chotimah 2008
Pembuatan emulsi lilin standar dilakukan dengan cara memanaskan 120 ml lilin dalam panic (90-950C). Asam oleat sebanyak 20 ml ditambahkan kedalam cairan lilin dengan menuangkannya secara perlahan dan diaduk sahingga merata. Kemusian tambahkan trietanolamin sebanyak 40 ml dan terus diaduk dengan suhu dipertahankan stabil. Campuran yag telah terbentuk dibiarkan dan didinginkan selama 10 menit, kemudian ditambahkan air sehingga volume mencapai 1 liter.
Tabel 4. Formulasi Pengenceran Emulsi Lilin
Emulsi lilin (%)
Perbandingan volume
(Emulsi 12% : Air dalam liter)
2
1:5
4
1:2
6
1:1
8
1:0,5
10
1:0,2
Sumber: Balai Penelitian Hortikultura dalam Chotimah 2008
Sehingga dapat diketahui bahwa untuk membuat emulsi lilin 4% maka emulsi lilin 12% (standar) ditambahkan dengan 2 liter air.
Tebal lapisan lilin harus seoptimal mungkin. Jika lapisan terlalu tipis maka usaha dalam menghambatkan respirasi dan transpirasi kurang efektif. Jika lapisan terlalu tebal maka kemungkinan hampir semua pori-pori tertutup. Apabila semua pori-pori tertutup maka akan mengkibatkan terjadinya respirasi anaerob, yaitu respirasi yang terjadi tanpa menggunakan O2 sehingga sel melakukan perombakan di dalam tubuh buah itu sendiri yang dapat mengakibatkan proses pembusukan lebih cepat dari keadaan yang normal (Roosmani, 1975). Pemberian lapisan lilin dapat dilakukan dengan penghembusan, penyemprotan, pencelupan (30 detik) atau pengolesan (Pantastico, 1986).
b)      Perlakuan Panas
Secara normal buah dan sayur tidak akan rusak pada perlakuan panas dengan suhu 42-600C, namun banyak faktor yang mempengaruhinya seperti kematangan, jenis, ukuran buah, dan kararakteristik morfologinya serta lama perlakuan. Suhu dan waktu adalah dua hal penting yang harus diperhatikan untuk membunuh hama-hama tanpa menyebabkan kerusakan. Pada buah alpukat, perlakuan panas dapat dilakukan dengan cara penyemprotan ataupun pencelupan dalam air panas. Perlakuan panas sebaiknya dilakukan pada suhu 450C selama 20 menit. Hal ini dilakukan agar spora, telur, ataupun larva yang telah terinvestasi dalam buah dapat hilang dan tidak merusak lapisan lilin pada buah alpukat.
6.      Pengemasan dan Pengangkutan
Kemasan adalah wadah/tempat yang digunakan untuk mengemas suatu komoditas. Kemasan untuk pasar lokal berbeda dengan yang untuk diekspor. Untuk pemasaran di dalam negeri, buah alpukat dikemas dalam karung-karung plastik/keranjang, lalu diangkut dengan menggunakan truk. Sedangkan kemasan untuk ekspor berbeda lagi, yaitu umumnya menggunakan kotak karton berkapasitas 5 kg buah alpukat. Sebelum dimasukkan ke dalam kotak karton, alpukat dibungkus kertas tissue, kemudian diatur susunannya dengan diselingi penyekat yang terbuat dari potongan karton.


PENUTUP
Pasca panen merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan setelah komoditas pertanian selesai dipanen dengan tujuan untuk mempertahankan mutu dan kesegaran komoditas hasil pertanian. Pada buah alpukat, penanganan pasca panen dilakukan agar buah tetap dalam kondisi segar hingga sampai ke tangan konsumen.
Tindakan pasca panen ditentukan sejak awal panen hingga cara penanganan pasca panennya. Panen alpukat yang baik harus didasarkan pada 2 hal penting yakni waktu pemanenan dan cara pemanenan yang tepat. Waktu pemanenan alpukat dapat dilihat secara visual, fisik, maupun menghitung umur panennya, sedangkan teknik pemanenan yang baik adalah dengan menggunakan tangan/dipetik.
Kegiatan penanganan pasca panen buah alpukat meliputi pencucian, dan sortasi agar buah alpukat dapat tahan lama disimpan. Selain itu juga gradding dan standartisasi, penyimpanan, pengemasan dan pengangkutan, serta perlakuan (pelilinan dan pemanasan). Serangkaian kegiatan ini dilakukan pada dasarnya untuk mempertahankan mutu alpukat agar buah tetap segar sehingga mampu menambah nilai tambah. Selain itu, juga ditujukan untuk mengurangi laju transpirasi dan respirasi pada buah alupakat sehingga dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama. Dengan penanganan pasca panen yang baik, maka buah alpukat dapat dipasarkan hingga keluar wilayah (ekspor), sehingga dapat meningkatkan pangsa pasar dan meningkatkan pendapatan usaha.


DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Alpukat Buah Serbaguna dan Kaya Manfaat. http://www.asrik.com/index.php/kesehatan/19-alpukat-buah-serbaguna-dan-kaya-manfaat. Diakses pada tanggal 20 November 2011.
BPPT. 2005. Alpukat (Persea Americana, Mill). http://www.ristek.go.id. Diakses pada tanggal 20 November 2011.
Kartasapoetra. 1994. Teknologi Penanganan Pasca Panen. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Pantastico,E.B. 1986. Fisiologi Pascapanen, Penanganan dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika. Peneerjemah Kamaryani. UGM Press. Yogyakarta.
Roosmani, A.B. 1975. Percobaan Pendahuluan Terhadap Buah-buahan dan Sayur-sayuran Indonesia. Buletin Penelitian Hortikutura LPH Pasar Minggu. 3 (2): 17-21. Jakarta.
Chotimah, A.C. 2008. Perlakuan Uap Panas (Vapour Heat Treatment) dan Pelilinan Untuk Mempertahankan Mutu Buah Alpukat (Persea Americana, Mill). Skripsi. IPB Press. Bogor.
Wills, R.; B. McGlasson; D. Graham; D. Joyce. 1998. Postharvest. An Introduction to the Physiology and Handling of Fruit, Vegetables and Ornamentals. Hyde Park Press, Adelaide, South Australia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar